Budidaya Cacing Tanah

 

Cacing tanah merupakan binatang yang menggelikan dan membuat jijik bagi sebagian orang. Walau begitu ternyata cacing tanah memiliki banyak kegunaan, diantaranya untuk bahan baku obat ataupun pakan ternak piaraan. Oleh karena itu bisnis UKM Kecil  budidaya cacing tanah layak di jadikan Peluang Usaha Budidaya Cacing Tanah yang menguntungkan bagi anda.

Dari hasil penelitian telah ditemukan bahwa cairan selom pada cacing tanah mengandung lebih dari 40 protein. Protein yang dimiliki oleh cacing tanah memiliki mekanisme antimikroba yang berbeda dengan mekanisme antibiotik. mekanisme yang dilakukan oleh protein yang dimiliki oleh cacing tanah adalah dengan membuat pori di dinding sel bakteri, dengan cara ini, bakteri menjadi lebih susah untuk menjadi resisten. Banyaknya manfaat yang diperoleh dari cacing tanah ini serta belum banyaknya pemain menjadikan budidaya cacing tanah sebagai peluang usaha yang menjanjikan.

Sebelum kita membahas lebih lanjut mengenai budidaya cacing tanah, ada baiknya kita lebih mengenal mengenai cacing tanah terlebih dahulu. Cacing tanah termasuk kelas Oligochaeta. Cacing tanah yang umum dikembangkan adalah Pheretima, Periony dan Lumbricus. Ketiga jenis cacing tanah ini menyukai bahan organik yang berasal dari pupuk kandang dan sisa-sisa tumbuhan.

Berikut sekilas akan kita bahas mengenai ketiga jenis cacing tanah tersebut:


1. Cacing tanah jenis Lumbricus
Bentuk tubuhnya pipih dengan jumlah segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen 27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai atau melebihi jenis lain. Jenis ini lebih unggul dari dua jenis lainnya dikarenakan produktivitasnya tinggi (penambahan berat badan, produksi telur/anakan dan produksi bekas cacing “kascing”) serta tidak banyak bergerak

2. Cacing tanah jenis Pheretima
Cacing dengan bentuk tubuh gilik panjang dan silindris berwarna merah keunguan. Segmennya mencapai 95-150 segmen. Klitelumnya terletak pada segmen 14-16. Cacing tanah yang termasuk jenis Pheretima antara lain cacing merah, cacing koot dan cacing kalung.

3. Cacing tanah jenis Perionyx
Memiliki bentuk gilik berwarna ungu tua sampai merah kecokelatan dengan jumlah segmen 75-165 dan klitelumnya terletak pada segmen 13 dan 17. Cacing ini biasanya agak manja sehingga dalam pemeliharaannya diperlukan perhatian yang lebih serius.

Manfaat Cacing Tanah


  1. Diawal pembahasan telah disinggung mengenai manfaat dari cacing tanah. Berikut ini akan kita bahas lebih jauh lagi mengenai manfaat cacing tanah.
  2. Dalam bidang pertanian, cacing tanah menghancurkan bahan organik sehingga memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
  3. Bahan Pakan Ternak
  4. Berkat kandungan protein, lemak dan mineralnya yang tinggi, cacing tanah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas, ikan, udang dan kodok.
  5. Bahan pembuatan Obat dan bahan ramuan untuk penyembuhan penyakit.
  6. Secara tradisional cacing tanah dipercaya dapat meredakan demam, menurunkan tekanan darah, menyembuhkan bronchitis, reumatik sendi, sakit gigi dan tipus.
  7. Bahan Baku Kosmetik .
  8. Cacing dapat diolah untuk digunakan sebagai pelembab kulit dan bahan baku pembuatan lipstik.


Faktor Utama budidaya Cacing Tanah

Di dalam budidaya cacing tanah, hal pertama yang perlu diperhatikan adalah lokasi yang mendukung budidaya tersebut. Adapun faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :
Tanah sebagai media hidup cacing tanah harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah sangat menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya.

Bagi pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam sampai netral atau ph sekitar 6-7,2. Dalam kondisi ini, bakteri dalam tubuh cacing tanah dapat bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.
Dalam budidaya cacing tanah, kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah adalah antara 15-30 %.

Suhu yang diperlukan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon adalah sekitar 15-25 derajat celcius atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.
Supaya lebih mudah penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung ada baiknya apabila lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan, misalnya di bawah pohon yang rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas.

Panduan Teknis Budidaya Cacing Tanah


Sarana dan Peralatan
Membuat suatu usaha tidak harus mengeluarkan biaya yang besar, begitu juga dengan budidaya cacing tanah ini. Untuk pembuatan kandang kita bisa menggunakan bahan-bahan yang murah dan mudah didapat seperti bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat. Sebagai contoh pembuatan kandang permanen untuk peternakan skala besar adalah yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibuat rak-rak bertingkat sebagai tempat wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan kandang dapat pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar..

Pembibitan
Salah satu persiapan utama dalam membudidayakan cacing tanah adalah meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan kandang cacing dan kandang pelindung.

1) Pemilihan Bibit Calon Induk
Bibit cacing tanahdapat diperoleh dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari tempat pembuangan kotoran hewan. Namun apabila beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada karena diperlukan dalam jumlah yang besar.

2) Pemeliharaan Bibit Calon Induk
Pemeliharaan dapat dibagi menjadi beberapa cara:
a. pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai tempat yang digunakan. Cacing tanah dapat dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, dapat ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
b. pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke bak lain.
c. pemeliharaan kombinasi cara a dan b.
d. pemeliharaan khusus kokon sampai anak, setelah dewasa di pindah ke bak lain.
e. Pemeliharaan khusus cacing dewasa sebagai bibit.

3) Sistem Pemuliabiakan
Tahap berikutnya setelah media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman dapat segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, baru bibit cacing yang lain dimasukkan. Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media. Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan dapat dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

4) Reproduksi
Cacing tanah termasuk hewan hermaprodit, yaitu memiliki alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak dapat dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur. Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 besar kepala korek api. Kokon ini diletakkan di tempat yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing dapat menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai dewasa setelah berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada tubuh bagian depan. Selama 7-10 hari setelah perkawinan cacing dewasa akan dihasilkan 1 kokon.

Pemeliharaan
Tahap yang tidak kalah pentingnya dalam budidaya cacing tanah ini adalah pemeliharaan, dengan pemeliharaan yang baik pertumbuhan cacing tanah akan maksimaldan cepat. Adapun pemeliharaan yang perlu dilakukan adalah :

Penyediaan Pakan

  1. Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah adalah berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya dipakai sebagai media.
  2. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian pakan pada cacing tanah,antara lain :
  3. pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender
  4. bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
  5. pakan ditutup dengan plastik, karung , atau bahan lain yang tidak tembus cahaya
  6. pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi. Bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.


Penggantian Media
Media tanah yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti secara teratur. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu

Proses Kelahiran
Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/kardus/kayu lapuk/bubur kayu. Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan campuran dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.

Kendala dalam berternak cacing tanah
Seperti budidaya lainnya, usaha budidaya cacing tanah ini juga tidak terlepas dari kendala yang mungkin terjadi. Serangan hama dan penyakit merupakan salah satu faktor yang dapat menghambat keberhasilan beternak cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.
Gangguan yang paling utama untuk diwaspadai adalah semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diperlukan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan terhadap serangan semut merah dapat di buat dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi air cukup.

Panen
Hasil utama dalam budidaya cacing tanah adalah biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Pemanenan dapat dilakukan dengan beberapa cara, diantaranya dengan mengunakan alat penerangan seperti lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di bagian atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya.

Cara panen yang paling mudah adalah dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing mudah terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal. Jika pada saat panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah dapat diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang baru dan kascingnya siap di panen.

Setelah dipanen, cacing tanah siap dipasarkan. Pemasaran dapat dilakukan dalam bentuk segar ataupun sudah dikeringkan.